Pengertian dan hukum shalat sunnah tasbih
shalat sunat tasbih
adalah shalat sunah yang maksudnya memperbanyak tasbih kepada Allah SWT
dengan cara cara khusus . Pengertian lain dari Shalat tasbih adalah
shalat yang di dalamnya banyak membaca tasbih, sehingga dalam 4 rakaat
yang dikerjakan itu bacaan tasbih berjumlah 300 tasbih .
Sholat sunnah tasbih
sangat dianjurkan untuk diamalkan . Kalau bisa dilakukan setiap malam .
Jika tidak bisa maka dilakukan sekali seminggu. Jika tidak bisa
dilakukan sekali sebulan . Kalau tidak bisa juga dapat dilakukan sekali
setahun. Kalau tidak bisa juga dilakukan pada tiap tahun, setidak
tidaknya sekali seumur hidup.
Dalil sholat sunnah tasbih
Berdasarkan hadist rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dari Ibnu Abbas Ra, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Abbas bin Abdul Muthalib :
“ Ya Abbas ! Wahai paman ! sungguh aku ingin memberi kepadamu sesuatu yang berharga, anugrah, aku senang dan berbuat untukmu 10 perkara, apabila engkau melakukannya niscaya Allah akan menghapuskan dosa dosamu, baik yang awal maupun yang akhir, yang dahulu atau yang baru, yang tidak disengaja atau disengaja, yang kecil atau yang besar, yang rahasia atau yang terang terangan, yaitu engkau mengerjakan shalat 4 rakaat. Pada setiap rakaat engkau membaca al fatihah dan surah, setelah selesai membaca surah dan masih dalam keadaan berdiri . maka bacalah tasbih sebanyak 15 kali kemudian kamu ruku, maka dalam ruku membaca tasbih 10 kali. Kemudian bangun dari ruku dan i'tidal membaca tasbih 10 kali , kemudian kamu sujud , dalam sujud membaca membaca tasbih 10 kali, kemudian bangun dari sujud atau duduk diantara dua sujud membaca tasbih 10 kali kemudian sujud yang kedua membaca tasbih 10 kali, bangun dari sujud sebelum berdiri duduk kembali dan membaca tasbih 10 kali, semua itu berjumlah 75 tasbih. Dan kamu kerjakan sebanyak 4 rakaat. Jika kamu sanggup melakukannya maka kerjakanlah setiap hari 1 kali jika tidak setiap jum'at satu kali jika tidak setiap bulan 1 kali jika tidak satu tahun satu kali jika tidak seumur hidup satu kali” ( HR. Abu Dawud )
Hukum shalat sunnah tasbih
Hukum mengerjakan shalat tasbih adalah sunnah.
Waktu mengerjakan shalat tasbih
Shalat boleh dilakukan kapan saja baik pada waktu dhuha , siang hari maupun malam hari.
Tata cara mengerjakan sholat sunnah tasbih
Tata cara melakukan
sholat tasbih adalah sama dengan melakukan shalat sunnah lainnya.
Perbedaannya hanya pada niatnya. Shalat ini tidak disunnahkan berjamaah.
Bila dikerjakan pada waktu malam lebih utama dilakukan 4 rakaat dengan
dua kali salam. Dan bila dikerjakan siang hari maka dilakukan 4 rakaat
dengan satu kali salam.
Tasbih yang dibaca ialah :
“subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallohu allohu akbar”
“maha suci Allah dan segala puji bagi Allah tiada tuhan selain Allah , Allah maha besar”
Prakteknya adalah sebagai berikut :
1. Niat shalat tasbih lalu takbiratul ihram
2. Membaca surat alfatihah 1 kali dilanjutkan membaca surah al kafiruun. Lebih utama lagi membaca surah surah alquran yang dimulai dengan kalimat tasbih seperti surat al hadid , al hasyr, ash shaff.
3. Sesudah membaca surah dilanjutkan dengan membaca tasbih 15 kali
4. Ruku. Selesai membaca doa ruku, membaca tasbih sebanyak 10 kali
5. I'tidal, lalu membaca tasbih lagi 10 kali
6. Sujud. Selesai membaca doa sujud lalu membaca tasbih 10 kali
7. Duduk diantara dua sujud. Selesai membaca doa duduk diantara dua sujud di lanjutkan membaca tasbih 10 kali.
8. Lalu sujud kembali dengan membaca doa sujud, setelah itu membaca tasbih 10 kali.
9. Pada waktu duduk istirahat sebelum berdiri atau sebelum salam, membaca tasbih 10 kali
10. hal ini dilakukan pada setiap rakaat sampai 4 rakaat
Jumlah hitungan tasbih
pada setiap rakaat adalah 75 . Dan jika di jumlah bacaan tasbih 4 rakaat
maka semua menjadi 300 bacaan tasbih .
Niat sholat sunnah tasbih 2 rakaat
“aku berniat shalat sunnah tasbih 2 rakaat karena allah ta'ala”
Keutamaan sholat sunnah tasbih
Shalat sunat tasbih ialah shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk dikerjakan sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas. Jika mampu dilakukan pada tiap hari maka kerjakanlah. Jika tidak mampu melakukannya setiap hari maka kerjakanlah shalat jumat. jika tidak mampu melakukan setiap jum'at maka kerjakanlah tiap bulan . jika tidak mampu melakukannya maka kerjakanlah tiap tahun. jika tidak mampu juga melakukannya setiap tahun, maka kerjakanlah sekali seumur hidupmu.
Pengertian dan Cara
Shalat Tasbih
Shalat tasbih termasuk salah satu shalat sunat yang dianjurkan oleh
Baginda Nabi Muhammad SAW. Kalau bisa dilakukan setiap malam, jika tidak
mampu seminggu sekali, jika tidak mampu juga sebulan sekali, jika tidak
mampu juga setahun sekali atau tidak mampu juga seumur hidup sekali.
Demikianlah anjuran agama Islam yang tidak memaksa untuk melakukan
ibadah secara ikhlas.
Shalat sunat tasbih semua riwayat sepakat dengan empat rokaat, jika pada
siang hari dengan satu kali salam (langsung niat empat rakaat), sedang
di malam hari dua rokaat-dua rokaat dengan dua kali salam (dua kali
shalat dengan masing-masing 2 rakaat) dengan tasbih sebanyak 75 kali
tiap raka’atnya, jadi keseluruhan bacaan tasbih dalam shalat tasbih 4
rokaat tersebut 300 kali tasbih.
Kata Syaikh Ali al-Khawwash, ‘Sebaiknya shalat tasbih dilakukan sebelum
shalat hajat, karena shalat tasbih ini menghapus dosa-dosa, dengan
demikian menjadi sebab terkabulnya hajat’
B. Niat Shalat Tasbih
Niat untuk shalat tasbih yang dilakukan dengan dua kali salam (2
rakaat):
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Sedang untuk yang satu kali salam (4 rakaat) sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
Secara umum, shalat tasbih sama dengan tata cara shalat yang lain, hanya
saja ada tambahan bacaan tasbih yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرُ
Lafadz ini diucapkan sebanyak 75 kali pada tiap raka’at dengan perincian
sebagai berikut.
Sesudah membaca Al-Fatihah dan surah sebelum ruku sebanyak 15 kali,
Ketika ruku’ sesudah membaca do’a ruku’ dibaca lagi sebanyak 10
kali,
Ketika bangun dari ruku’ sesudah bacaan i’tidal dibaca 10 kali,
Ketika sujud pertama sesudah membaca do’a sujud dibaca 10 kali,
Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua
sujud dibaca 10 kali,
Ketika sujud yang kedua sesudah membaca do’a sujud dibaca lagi
sebanyak 10 kali,
Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk
istirahat) dibaca lagi sebanyak 10 kali. (Terus baru berdiri tuk rakaat
yang kedua).
Demikianlah rinciannya, bahwa shalat Tasbih dilakukan sebanyak 4 raka’at
dengan sekali tasyahud, yaitu pada raka’at yang keempat lalu salam
(jika dilakukan pagi hari). Bisa juga dilakukan dengan cara dua
raka’at-dua raka’at (jika dilakukan malam hari), Sesuai yang diterangkan
oleh Rasulullah SAW: “Shalat malam itu, dua-dua” (HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim) di mana setiap dua raka’at membaca tasyahud kemudian
salam.Waktu shalat tasbih yang paling utama adalah sesudah tenggelamnya
matahari, sebagaimana dalam riwayat ‘Abdullah bin Amr. Tetapi dalam
riwayat Ikrimah yang mursal diterangkan bahwa boleh malam hari dan boleh
siang hari. Wallâhu A’lam.
Anjuran shalat tasbih ini sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda
Rasulullah SAW dalam sebuah hadist dari Ibnu ‘Abbas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ: أَنََّ رَسُوْلُ اللهِ صَلََّى
الله ُعَلَيْهِ وَسَلََّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبْ:
يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ !! أَلاَ أُعْطِيْكَ؟ أَلاَ أُمْنِحُكَ؟ أَلاَ
أُحِبُّكَ؟ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشَرَ خِصَالٍ, إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ
ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبِكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ, قَدِيْمَهُ
وَحَدِيْثَهُ, خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ, صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ, سِرَّهُ
وَعَلاَنِيَّتَهُ. عَشَرَ خِصَالٍ, أَنْ تُصَلِّيْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
تَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُوْرَةً, فَإِذَا
فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِي أَوَّلِ رَكْعَةٍ, وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاََّّ اللهِ وَالله
ُأَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً, ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ
رَاكِعٌ عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا
عَشْرًا, ثُمَّ تَهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ
عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا,
ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ
فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ
تَفْعَلُ ذَلِكَ فِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ, إِذَا اسْتَطَعْتَ أَنْ
تُصَلِّيْهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ
فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً, فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ شَهْرٍ
مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ
تَفْعَلْ فَفِي عُمْرِكَ مَرَّةً.
Artinya:
“Dari Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada ‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib, ‘Wahai ‘Abbas, wahai
pamanku, maukah kamu apabila aku beri? Bolehkah sekiranya aku beri
petunjuk padamu? Tidakkah kau mau? saya akan tunjukkan suatu perbuatan
yang mengandung 10 keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni
dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru,
yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang
besar, yang tersembunyi maupun yang nampak.
Semuanya 10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca
Al-Fatihah dan satu surah. Jika telah selesai, maka bacalah Subhanallâhi
wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâh wallahu akbar sebelum ruku’
sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di
dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ (I’tidal) baca
lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali,
kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud
lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum
berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali
setiap rakaat. Lakukan yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah
setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu
setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka
lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu."[†] (HR. Abu Daud no. 1297)
Dari Anas bin Malik bahwasannya Ummu Sulaim pagi-pagi menemui Baginda
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, ajarilah saya
beberapa kalimat yang saya ucapkan didalam shalatku, maka beliau
bersabda:
كَبِّرِى اللَّهَ عَشْرًا وَسَبِّحِى اللَّهَ عَشْرًا وَاحْمَدِيهِ عَشْرًا
ثُمَّ سَلِى مَا شِئْتِ يَقُولُ نَعَمْ نَعَمْ ». قَالَ وَفِى الْبَابِ
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَالْفَضْلِ بْنِ
عَبَّاسٍ وَأَبِى رَافِعٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ
حَسَنٌ غَرِيبٌ. وَقَدْ رُوِىَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
غَيْرُ حَدِيثٍ فِى صَلاَةِ التَّسْبِيحِ وَلاَ يَصِحُّ مِنْهُ كَبِيرُ
شَىْءٍ. وَقَدْ رَأَى ابْنُ الْمُبَارَكِ وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ
الْعِلْمِ صَلاَةَ التَّسْبِيحِ وَذَكَرُوا الْفَضْلَ فِيهِ. حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ حَدَّثَنَا أَبُو وَهْبٍ قَالَ سَأَلْتُ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ الْمُبَارَكِ عَنِ الصَّلاَةِ الَّتِى يُسَبَّحُ فِيهَا
فَقَالَ يُكَبِّرُ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ
يَقُولُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَتَعَوَّذُ
وَيَقْرَأُ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) وَفَاتِحَةَ
الْكِتَابِ وَسُورَةً ثُمَّ يَقُولُ عَشْرَ مَرَّاتٍ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ
يَرْكَعُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا. ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ
فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَرْفَعُ
رَأْسَهُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ الثَّانِيَةَ فَيَقُولُهَا
عَشْرًا يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ عَلَى هَذَا فَذَلِكَ خَمْسٌ
وَسَبْعُونَ تَسْبِيحَةً فِى كُلِّ رَكْعَةٍ يَبْدَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ
بِخَمْسَ عَشْرَةَ تَسْبِيحَةً ثُمَّ يَقْرَأُ ثُمَّ يُسَبِّحُ عَشْرًا
فَإِنْ صَلَّى لَيْلاً فَأَحَبُّ إِلَىَّ أَنْ يُسَلِّمَ فِى
الرَّكْعَتَيْنِ وَإِنْ صَلَّى نَهَارًا فَإِنْ شَاءَ سَلَّمَ وَإِنْ شَاءَ
لَمْ يُسَلِّمْ. قَالَ أَبُو وَهْبٍ وَأَخْبَرَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ
أَبِى رِزْمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ قَالَ يَبْدَأُ فِى
الرُّكُوعِ بِسُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَفِى السُّجُودِ بِسُبْحَانَ
رَبِّىَ الأَعْلَى ثَلاَثًا ثُمَّ يُسَبِّحُ التَّسْبِيحَاتِ. قَالَ
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ وَحَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ زَمْعَةَ قَالَ
أَخْبَرَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ أَبِى رِزْمَةَ قَالَ قُلْتُ
لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ إِنْ سَهَا فِيهَا يُسَبِّحُ فِى
سَجْدَتَىِ السَّهْوِ عَشْرًا عَشْرًا قَالَ لاَ إِنَّمَا هِىَ
ثَلاَثُمِائَةِ تَسْبِيحَةٍ.
Artinya:
"Bertakbirlah kepada Allah sebanyak sepuluh kali, bertasbihlah kepada
Allah sepuluh kali dan bertahmidlah (mengucapkan alhamdulillah) sepuluh
kali, kemudian memohonlah (kepada Allah) apa yang kamu kehendaki,
niscaya Dia akan menjawab: ya, ya, (Aku kabulkan permintaanmu)."
(perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Ibnu
Abbas, Abdullah bin Amru, Al Fadll bin Abbas dan Abu Rafi'. Abu Isa
berkata, hadits anas adalah hadits hasan gharib, telah diriwayatkan dari
Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam selain hadits ini mengenai shalat
tasbih, yang kebanyakan (riwayatnya) tidak shahih. Ibnu Mubarrak dan
beberapa ulama lainnya berpendapat akan adanya shalat tasbih, mereka
juga menyebutkan keutamaan shalat tasbih. Telah mengabarkan kepada kami
Ahmad bin 'Abdah Telah mengabarkan kepada kami Abu Wahb dia berkata,
saya bertanya kepada Abdullah bin Al Mubarak tentang shalat tasbih yang
didalamnya terdapat bacaan tasbihnya, dia menjawab, ia bertakbir
kemudian membaca Subhaanaka Allahumma Wa Bihamdika Wa Tabaarakasmuka Wa
Ta'ala Jadduka Walaa Ilaaha Ghairuka kemudian dia membaca Subhaanallah
Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak lima belas
kali, kemudian ia berta'awudz dan membaca bismillah dilanjutkan dengan
membaca surat Al fatihah dan surat yang lain, kemudian ia membaca
Subhaanallah Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak
sepuluh kali, kemudian ruku' dan membaca kalimat itu sepuluh kali, lalu
mengangkat kepala dari ruku' dengan membaca kalimat tersebut sepuluh
kali, kemudian sujud dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali, lalu
mengangkat kepalanya dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali,
kemudian sujud yang kedua kali dengan membaca kalimat tersebut sepuluh
kali, ia melakukan seperti itu sebanyak empat raka'at, yang setiap satu
raka'atnya membaca tasbih sebanyak tujuh puluh lima kali, disetiap
raka'atnnya membaca lima belas kali tasbih, kemudian membaca Al Fatehah
dan surat sesudahnya serta membaca tasbih sepuluh kali-sepuluh kali,
jika ia shalat malam, maka yang lebih disenagi adalah salam pada setiap
dua raka'atnya. Jika ia shalat disiang hari, maka ia boleh salam (di
raka'at kedua) atau tidak. Abu Wahb berkata, telah mengabarkan kepadaku
'Abdul 'Aziz bin Abu Rizmah dari Abdullah bahwa dia berkata, sewaktu
ruku' hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal 'Adziimi, begitu
juga waktu sujud hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal A'la
sebanyak tiga kali, kemudian membaca tasbih beberapa kali bacaan. Ahmad
bin 'Abdah berkata, Telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Zam'ah dia
berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Abdul 'Aziz dia adalah Ibnu Abu
Zirmah, dia berkata, saya bertanya kepada Abdullah bin Mubarak, jika
seseorang lupa (waktu mengerjakan shalat tasbih) apakah ia harus membaca
tasbih pada dua sujud sahwi sebanyak sepuluh kali-sepuluh kali? Dia
menjawab, tidak, hanya saja (semua bacaan tasbih pada shalat tasbih) ada
tiga ratus kali. (HR. Tirmidzi no. 481)
Kedua hadits di atas adalah hadits yang menjelaskan tata cara shalat
tasbih. Intinya, shalat tasbih dilakukan dengan 4 raka’at. Ulama
Syafi’iyah berpendapat bahwa shalat tasbih jumlahnya empat raka’at dan
tidak boleh lebih dari itu.
C. Para Ulama yang Menshahihkan Hadits Shalat Tasbih
Abu Dâud As-Sijistâny. Beliau berkata, “Tidak ada, dalam masalah
shalat Tasbih, hadits yang lebih shahih dari hadits ini.”
Ad-Dâraquthny. Beliau berkata, “Hadits yang paling shahih dalam
masalah keutamaan Al-Qur`ân adalah (hadits tentang keutamaan) Qul Huwa
Allâhu Ahad, dan yang paling shahih dalam masalah keutamaan shalat
adalah hadits tentang shalat Tasbih.”
Al-Âjurry.
Ibnu Mandah.
Al-Baihaqy.
Ibnu As-Sakan.
Abu Sa’ad As-Sam’âny.
Abu Musa Al-Madiny.
Abu Al-Hasan bin Al-Mufadhdhal Al-Maqdasy.
Abu Muhammad ‘Abdurrahim Al-Mishry.
Al-Mundziry dalam At-Targhib Wa At-Tarhib dan Mukhtashar Sunan Abu
Dâud .
Ibnush Shalâh. Beliau berkata, “Shalat Tasbih adalah sunnah, bukan
bid’ah. Hadits-haditsnya dipakai beramal dengannya.”
An-Nawawy dalam At-Tahdzîb Al - Asma` Wa Al-Lughât .
Abu Manshur Ad Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus .
Shalâhuddin Al-‘Alâi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih shahih
atau hasan, dan harus (tidak boleh dha’if).”
Sirajuddîn Al-Bilqîny. Beliau berkata, “Hadits shalat tasbih shahih
dan ia mempunyai jalan-jalan yang sebagian darinya menguatkan sebagian
yang lainnya, maka ia adalah sunnah dan sepantasnya diamalkan.”
Az-Zarkasyi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih adalah shahih dan
bukan dha’if apalagi maudhu’ (palsu).”
As-Subki.
Az-Zubaidy dalam Ithâf As-Sâdah Al-Muttaqîn 3/473.
Ibnu Nâshiruddin Ad-Dimasqy.
Al-Hâfidz Ibnu Hajar dalam Al-Khishâl Al-Mukaffirah Lidzdzunûb
Al-Mutaqaddimah Wal Muta`Akhkhirah , Natâijul Afkâr Fî Amâlil Adzkâr dan
Al-Ajwibah ‘Alâ Ahâdits Al-Mashâbîh.
As-Suyûthy.
Al-Laknawy.
As-Sindy.
Al-Mubârakfûry dalam Tuhfah Al-Ahwadzy .
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ahmad Syâkir rahimahullâh.
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Nâshiruddîn Al-Albâny rahimahullâh dalam
Shahîh Abi Dâud (hadits 1173-1174), Shahîh At-Tirmidzy , Shahîh
At-Targhib (1/684-686) dan Tahqîq Al-Misykah (1/1328-1329).
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hâdy Al-Wâdi’iy rahimahullâh
dalam Ash-Shahîh Al-Musnad Mimmâ Laisa Fî Ash-Shahihain .
D. Do’a Setelah Shalat Tasbih:
· اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ تَوْفِيْقَ اَهْلِ اْلهُدَى
وَاَعْمَالَ اَهْلِ اْليَقِيْن وَمُنَاصَحَةَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزَمَ
اَهْلِ الصَّبْرِ وَجَدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّغْبَةِ
وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ اْلعِلْمِ حَتىَّ
اَخَافَكَ .
· اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ مَخَافَةً تُحْجِزُنِى عَنْ
مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَعَاتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُ بِهِ رِضَاكَ
وَحَتَّى اُنَاصِحَكَ فِى التَّوْبَةِ خَوْفًا مِنْكَ وَحَتَّى اُخْلِصَ
لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّالَكَ وَحَتَّى اَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فِى
اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَاُحْسِنَ الظَّنَّ بِكَ سُبْحَانَ خَالِقِ
النُّوْرِ رَبَّنَا اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَغْفِرْلَنَا اِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّّاحِمِيْن.
E. Bid’ah yang sering ditemukan dalam Shalat Tasbih
Untuk melengkapi pembahasan yang singkat ini, maka saya sertakan juga
penyimpangan-penyimpangan (bid’ah–bid’ah) yang banyak terjadi disekitar
pelaksanaan shalat tasbih, di antaranya adalah:
Mengkhususkan pelaksanaannya pada malam Jum’at saja.
Dilakukan secara berjama’ah terus menerus.
Diiringi dengan bacaan-bacaan tertentu, baik sebelum maupun sesudah
shalat.
Tidak mau shalat kecuali bersama imamnya, jamaahnya, atau
tarekatnya.
Tidak mau shalat kecuali di masjid tertentu.
Keyakinan sebagian orang yang melakukannya bahwa rezekinya akan
bertambah dengan shalat tasbih.
Membawa binatang-binatang tertentu untuk disembelih saat sebelum
atau sesudah shalat tasbih, disertai dengan keyakinan-keyakinan
tertentu.
F. Kesimpulan
Hadits tentang shalat tasbih adalah hadits yang tsabit/sah dari
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka boleh diamalkan sesuai
dengan tata cara yang telah disebutkan diatas.
- Wallâhu A’lam bi ash-Shawâb -
- See more at:
http://afifulikhwan.blogspot.com/2012/11/tata-cara-shalat-tasbih-lengkap-dan.html#sthash.lCP2Mv6G.dpuf
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Pengertian dan Cara
Shalat Tasbih
Shalat tasbih termasuk salah satu shalat sunat yang dianjurkan oleh
Baginda Nabi Muhammad SAW. Kalau bisa dilakukan setiap malam, jika tidak
mampu seminggu sekali, jika tidak mampu juga sebulan sekali, jika tidak
mampu juga setahun sekali atau tidak mampu juga seumur hidup sekali.
Demikianlah anjuran agama Islam yang tidak memaksa untuk melakukan
ibadah secara ikhlas.
Shalat sunat tasbih semua riwayat sepakat dengan empat rokaat, jika pada
siang hari dengan satu kali salam (langsung niat empat rakaat), sedang
di malam hari dua rokaat-dua rokaat dengan dua kali salam (dua kali
shalat dengan masing-masing 2 rakaat) dengan tasbih sebanyak 75 kali
tiap raka’atnya, jadi keseluruhan bacaan tasbih dalam shalat tasbih 4
rokaat tersebut 300 kali tasbih.
Kata Syaikh Ali al-Khawwash, ‘Sebaiknya shalat tasbih dilakukan sebelum
shalat hajat, karena shalat tasbih ini menghapus dosa-dosa, dengan
demikian menjadi sebab terkabulnya hajat’
B. Niat Shalat Tasbih
Niat untuk shalat tasbih yang dilakukan dengan dua kali salam (2
rakaat):
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Sedang untuk yang satu kali salam (4 rakaat) sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
Secara umum, shalat tasbih sama dengan tata cara shalat yang lain, hanya
saja ada tambahan bacaan tasbih yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرُ
Lafadz ini diucapkan sebanyak 75 kali pada tiap raka’at dengan perincian
sebagai berikut.
Sesudah membaca Al-Fatihah dan surah sebelum ruku sebanyak 15 kali,
Ketika ruku’ sesudah membaca do’a ruku’ dibaca lagi sebanyak 10
kali,
Ketika bangun dari ruku’ sesudah bacaan i’tidal dibaca 10 kali,
Ketika sujud pertama sesudah membaca do’a sujud dibaca 10 kali,
Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua
sujud dibaca 10 kali,
Ketika sujud yang kedua sesudah membaca do’a sujud dibaca lagi
sebanyak 10 kali,
Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk
istirahat) dibaca lagi sebanyak 10 kali. (Terus baru berdiri tuk rakaat
yang kedua).
Demikianlah rinciannya, bahwa shalat Tasbih dilakukan sebanyak 4 raka’at
dengan sekali tasyahud, yaitu pada raka’at yang keempat lalu salam
(jika dilakukan pagi hari). Bisa juga dilakukan dengan cara dua
raka’at-dua raka’at (jika dilakukan malam hari), Sesuai yang diterangkan
oleh Rasulullah SAW: “Shalat malam itu, dua-dua” (HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim) di mana setiap dua raka’at membaca tasyahud kemudian
salam.Waktu shalat tasbih yang paling utama adalah sesudah tenggelamnya
matahari, sebagaimana dalam riwayat ‘Abdullah bin Amr. Tetapi dalam
riwayat Ikrimah yang mursal diterangkan bahwa boleh malam hari dan boleh
siang hari. Wallâhu A’lam.
Anjuran shalat tasbih ini sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda
Rasulullah SAW dalam sebuah hadist dari Ibnu ‘Abbas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ: أَنََّ رَسُوْلُ اللهِ صَلََّى
الله ُعَلَيْهِ وَسَلََّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبْ:
يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ !! أَلاَ أُعْطِيْكَ؟ أَلاَ أُمْنِحُكَ؟ أَلاَ
أُحِبُّكَ؟ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشَرَ خِصَالٍ, إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ
ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبِكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ, قَدِيْمَهُ
وَحَدِيْثَهُ, خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ, صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ, سِرَّهُ
وَعَلاَنِيَّتَهُ. عَشَرَ خِصَالٍ, أَنْ تُصَلِّيْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
تَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُوْرَةً, فَإِذَا
فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِي أَوَّلِ رَكْعَةٍ, وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاََّّ اللهِ وَالله
ُأَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً, ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ
رَاكِعٌ عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا
عَشْرًا, ثُمَّ تَهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ
عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا,
ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ
فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ
تَفْعَلُ ذَلِكَ فِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ, إِذَا اسْتَطَعْتَ أَنْ
تُصَلِّيْهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ
فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً, فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ شَهْرٍ
مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ
تَفْعَلْ فَفِي عُمْرِكَ مَرَّةً.
Artinya:
“Dari Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada ‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib, ‘Wahai ‘Abbas, wahai
pamanku, maukah kamu apabila aku beri? Bolehkah sekiranya aku beri
petunjuk padamu? Tidakkah kau mau? saya akan tunjukkan suatu perbuatan
yang mengandung 10 keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni
dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru,
yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang
besar, yang tersembunyi maupun yang nampak.
Semuanya 10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca
Al-Fatihah dan satu surah. Jika telah selesai, maka bacalah Subhanallâhi
wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâh wallahu akbar sebelum ruku’
sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di
dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ (I’tidal) baca
lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali,
kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud
lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum
berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali
setiap rakaat. Lakukan yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah
setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu
setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka
lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu."[†] (HR. Abu Daud no. 1297)
Dari Anas bin Malik bahwasannya Ummu Sulaim pagi-pagi menemui Baginda
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, ajarilah saya
beberapa kalimat yang saya ucapkan didalam shalatku, maka beliau
bersabda:
كَبِّرِى اللَّهَ عَشْرًا وَسَبِّحِى اللَّهَ عَشْرًا وَاحْمَدِيهِ عَشْرًا
ثُمَّ سَلِى مَا شِئْتِ يَقُولُ نَعَمْ نَعَمْ ». قَالَ وَفِى الْبَابِ
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَالْفَضْلِ بْنِ
عَبَّاسٍ وَأَبِى رَافِعٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ
حَسَنٌ غَرِيبٌ. وَقَدْ رُوِىَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
غَيْرُ حَدِيثٍ فِى صَلاَةِ التَّسْبِيحِ وَلاَ يَصِحُّ مِنْهُ كَبِيرُ
شَىْءٍ. وَقَدْ رَأَى ابْنُ الْمُبَارَكِ وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ
الْعِلْمِ صَلاَةَ التَّسْبِيحِ وَذَكَرُوا الْفَضْلَ فِيهِ. حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ حَدَّثَنَا أَبُو وَهْبٍ قَالَ سَأَلْتُ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ الْمُبَارَكِ عَنِ الصَّلاَةِ الَّتِى يُسَبَّحُ فِيهَا
فَقَالَ يُكَبِّرُ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ
يَقُولُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَتَعَوَّذُ
وَيَقْرَأُ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) وَفَاتِحَةَ
الْكِتَابِ وَسُورَةً ثُمَّ يَقُولُ عَشْرَ مَرَّاتٍ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ
يَرْكَعُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا. ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ
فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَرْفَعُ
رَأْسَهُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ الثَّانِيَةَ فَيَقُولُهَا
عَشْرًا يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ عَلَى هَذَا فَذَلِكَ خَمْسٌ
وَسَبْعُونَ تَسْبِيحَةً فِى كُلِّ رَكْعَةٍ يَبْدَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ
بِخَمْسَ عَشْرَةَ تَسْبِيحَةً ثُمَّ يَقْرَأُ ثُمَّ يُسَبِّحُ عَشْرًا
فَإِنْ صَلَّى لَيْلاً فَأَحَبُّ إِلَىَّ أَنْ يُسَلِّمَ فِى
الرَّكْعَتَيْنِ وَإِنْ صَلَّى نَهَارًا فَإِنْ شَاءَ سَلَّمَ وَإِنْ شَاءَ
لَمْ يُسَلِّمْ. قَالَ أَبُو وَهْبٍ وَأَخْبَرَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ
أَبِى رِزْمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ قَالَ يَبْدَأُ فِى
الرُّكُوعِ بِسُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَفِى السُّجُودِ بِسُبْحَانَ
رَبِّىَ الأَعْلَى ثَلاَثًا ثُمَّ يُسَبِّحُ التَّسْبِيحَاتِ. قَالَ
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ وَحَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ زَمْعَةَ قَالَ
أَخْبَرَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ أَبِى رِزْمَةَ قَالَ قُلْتُ
لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ إِنْ سَهَا فِيهَا يُسَبِّحُ فِى
سَجْدَتَىِ السَّهْوِ عَشْرًا عَشْرًا قَالَ لاَ إِنَّمَا هِىَ
ثَلاَثُمِائَةِ تَسْبِيحَةٍ.
Artinya:
"Bertakbirlah kepada Allah sebanyak sepuluh kali, bertasbihlah kepada
Allah sepuluh kali dan bertahmidlah (mengucapkan alhamdulillah) sepuluh
kali, kemudian memohonlah (kepada Allah) apa yang kamu kehendaki,
niscaya Dia akan menjawab: ya, ya, (Aku kabulkan permintaanmu)."
(perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Ibnu
Abbas, Abdullah bin Amru, Al Fadll bin Abbas dan Abu Rafi'. Abu Isa
berkata, hadits anas adalah hadits hasan gharib, telah diriwayatkan dari
Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam selain hadits ini mengenai shalat
tasbih, yang kebanyakan (riwayatnya) tidak shahih. Ibnu Mubarrak dan
beberapa ulama lainnya berpendapat akan adanya shalat tasbih, mereka
juga menyebutkan keutamaan shalat tasbih. Telah mengabarkan kepada kami
Ahmad bin 'Abdah Telah mengabarkan kepada kami Abu Wahb dia berkata,
saya bertanya kepada Abdullah bin Al Mubarak tentang shalat tasbih yang
didalamnya terdapat bacaan tasbihnya, dia menjawab, ia bertakbir
kemudian membaca Subhaanaka Allahumma Wa Bihamdika Wa Tabaarakasmuka Wa
Ta'ala Jadduka Walaa Ilaaha Ghairuka kemudian dia membaca Subhaanallah
Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak lima belas
kali, kemudian ia berta'awudz dan membaca bismillah dilanjutkan dengan
membaca surat Al fatihah dan surat yang lain, kemudian ia membaca
Subhaanallah Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak
sepuluh kali, kemudian ruku' dan membaca kalimat itu sepuluh kali, lalu
mengangkat kepala dari ruku' dengan membaca kalimat tersebut sepuluh
kali, kemudian sujud dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali, lalu
mengangkat kepalanya dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali,
kemudian sujud yang kedua kali dengan membaca kalimat tersebut sepuluh
kali, ia melakukan seperti itu sebanyak empat raka'at, yang setiap satu
raka'atnya membaca tasbih sebanyak tujuh puluh lima kali, disetiap
raka'atnnya membaca lima belas kali tasbih, kemudian membaca Al Fatehah
dan surat sesudahnya serta membaca tasbih sepuluh kali-sepuluh kali,
jika ia shalat malam, maka yang lebih disenagi adalah salam pada setiap
dua raka'atnya. Jika ia shalat disiang hari, maka ia boleh salam (di
raka'at kedua) atau tidak. Abu Wahb berkata, telah mengabarkan kepadaku
'Abdul 'Aziz bin Abu Rizmah dari Abdullah bahwa dia berkata, sewaktu
ruku' hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal 'Adziimi, begitu
juga waktu sujud hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal A'la
sebanyak tiga kali, kemudian membaca tasbih beberapa kali bacaan. Ahmad
bin 'Abdah berkata, Telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Zam'ah dia
berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Abdul 'Aziz dia adalah Ibnu Abu
Zirmah, dia berkata, saya bertanya kepada Abdullah bin Mubarak, jika
seseorang lupa (waktu mengerjakan shalat tasbih) apakah ia harus membaca
tasbih pada dua sujud sahwi sebanyak sepuluh kali-sepuluh kali? Dia
menjawab, tidak, hanya saja (semua bacaan tasbih pada shalat tasbih) ada
tiga ratus kali. (HR. Tirmidzi no. 481)
Kedua hadits di atas adalah hadits yang menjelaskan tata cara shalat
tasbih. Intinya, shalat tasbih dilakukan dengan 4 raka’at. Ulama
Syafi’iyah berpendapat bahwa shalat tasbih jumlahnya empat raka’at dan
tidak boleh lebih dari itu.
C. Para Ulama yang Menshahihkan Hadits Shalat Tasbih
Abu Dâud As-Sijistâny. Beliau berkata, “Tidak ada, dalam masalah
shalat Tasbih, hadits yang lebih shahih dari hadits ini.”
Ad-Dâraquthny. Beliau berkata, “Hadits yang paling shahih dalam
masalah keutamaan Al-Qur`ân adalah (hadits tentang keutamaan) Qul Huwa
Allâhu Ahad, dan yang paling shahih dalam masalah keutamaan shalat
adalah hadits tentang shalat Tasbih.”
Al-Âjurry.
Ibnu Mandah.
Al-Baihaqy.
Ibnu As-Sakan.
Abu Sa’ad As-Sam’âny.
Abu Musa Al-Madiny.
Abu Al-Hasan bin Al-Mufadhdhal Al-Maqdasy.
Abu Muhammad ‘Abdurrahim Al-Mishry.
Al-Mundziry dalam At-Targhib Wa At-Tarhib dan Mukhtashar Sunan Abu
Dâud .
Ibnush Shalâh. Beliau berkata, “Shalat Tasbih adalah sunnah, bukan
bid’ah. Hadits-haditsnya dipakai beramal dengannya.”
An-Nawawy dalam At-Tahdzîb Al - Asma` Wa Al-Lughât .
Abu Manshur Ad Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus .
Shalâhuddin Al-‘Alâi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih shahih
atau hasan, dan harus (tidak boleh dha’if).”
Sirajuddîn Al-Bilqîny. Beliau berkata, “Hadits shalat tasbih shahih
dan ia mempunyai jalan-jalan yang sebagian darinya menguatkan sebagian
yang lainnya, maka ia adalah sunnah dan sepantasnya diamalkan.”
Az-Zarkasyi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih adalah shahih dan
bukan dha’if apalagi maudhu’ (palsu).”
As-Subki.
Az-Zubaidy dalam Ithâf As-Sâdah Al-Muttaqîn 3/473.
Ibnu Nâshiruddin Ad-Dimasqy.
Al-Hâfidz Ibnu Hajar dalam Al-Khishâl Al-Mukaffirah Lidzdzunûb
Al-Mutaqaddimah Wal Muta`Akhkhirah , Natâijul Afkâr Fî Amâlil Adzkâr dan
Al-Ajwibah ‘Alâ Ahâdits Al-Mashâbîh.
As-Suyûthy.
Al-Laknawy.
As-Sindy.
Al-Mubârakfûry dalam Tuhfah Al-Ahwadzy .
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ahmad Syâkir rahimahullâh.
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Nâshiruddîn Al-Albâny rahimahullâh dalam
Shahîh Abi Dâud (hadits 1173-1174), Shahîh At-Tirmidzy , Shahîh
At-Targhib (1/684-686) dan Tahqîq Al-Misykah (1/1328-1329).
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hâdy Al-Wâdi’iy rahimahullâh
dalam Ash-Shahîh Al-Musnad Mimmâ Laisa Fî Ash-Shahihain .
D. Do’a Setelah Shalat Tasbih:
· اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ تَوْفِيْقَ اَهْلِ اْلهُدَى
وَاَعْمَالَ اَهْلِ اْليَقِيْن وَمُنَاصَحَةَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزَمَ
اَهْلِ الصَّبْرِ وَجَدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّغْبَةِ
وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ اْلعِلْمِ حَتىَّ
اَخَافَكَ .
· اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ مَخَافَةً تُحْجِزُنِى عَنْ
مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَعَاتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُ بِهِ رِضَاكَ
وَحَتَّى اُنَاصِحَكَ فِى التَّوْبَةِ خَوْفًا مِنْكَ وَحَتَّى اُخْلِصَ
لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّالَكَ وَحَتَّى اَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فِى
اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَاُحْسِنَ الظَّنَّ بِكَ سُبْحَانَ خَالِقِ
النُّوْرِ رَبَّنَا اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَغْفِرْلَنَا اِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّّاحِمِيْن.
E. Bid’ah yang sering ditemukan dalam Shalat Tasbih
Untuk melengkapi pembahasan yang singkat ini, maka saya sertakan juga
penyimpangan-penyimpangan (bid’ah–bid’ah) yang banyak terjadi disekitar
pelaksanaan shalat tasbih, di antaranya adalah:
Mengkhususkan pelaksanaannya pada malam Jum’at saja.
Dilakukan secara berjama’ah terus menerus.
Diiringi dengan bacaan-bacaan tertentu, baik sebelum maupun sesudah
shalat.
Tidak mau shalat kecuali bersama imamnya, jamaahnya, atau
tarekatnya.
Tidak mau shalat kecuali di masjid tertentu.
Keyakinan sebagian orang yang melakukannya bahwa rezekinya akan
bertambah dengan shalat tasbih.
Membawa binatang-binatang tertentu untuk disembelih saat sebelum
atau sesudah shalat tasbih, disertai dengan keyakinan-keyakinan
tertentu.
F. Kesimpulan
Hadits tentang shalat tasbih adalah hadits yang tsabit/sah dari
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka boleh diamalkan sesuai
dengan tata cara yang telah disebutkan diatas.
- Wallâhu A’lam bi ash-Shawâb -
- See more at:
http://afifulikhwan.blogspot.com/2012/11/tata-cara-shalat-tasbih-lengkap-dan.html#sthash.lCP2Mv6G.dpuf
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Pengertian dan Cara
Shalat Tasbih
Shalat tasbih termasuk salah satu shalat sunat yang dianjurkan oleh
Baginda Nabi Muhammad SAW. Kalau bisa dilakukan setiap malam, jika tidak
mampu seminggu sekali, jika tidak mampu juga sebulan sekali, jika tidak
mampu juga setahun sekali atau tidak mampu juga seumur hidup sekali.
Demikianlah anjuran agama Islam yang tidak memaksa untuk melakukan
ibadah secara ikhlas.
Shalat sunat tasbih semua riwayat sepakat dengan empat rokaat, jika pada
siang hari dengan satu kali salam (langsung niat empat rakaat), sedang
di malam hari dua rokaat-dua rokaat dengan dua kali salam (dua kali
shalat dengan masing-masing 2 rakaat) dengan tasbih sebanyak 75 kali
tiap raka’atnya, jadi keseluruhan bacaan tasbih dalam shalat tasbih 4
rokaat tersebut 300 kali tasbih.
Kata Syaikh Ali al-Khawwash, ‘Sebaiknya shalat tasbih dilakukan sebelum
shalat hajat, karena shalat tasbih ini menghapus dosa-dosa, dengan
demikian menjadi sebab terkabulnya hajat’
B. Niat Shalat Tasbih
Niat untuk shalat tasbih yang dilakukan dengan dua kali salam (2
rakaat):
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Sedang untuk yang satu kali salam (4 rakaat) sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
Secara umum, shalat tasbih sama dengan tata cara shalat yang lain, hanya
saja ada tambahan bacaan tasbih yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرُ
Lafadz ini diucapkan sebanyak 75 kali pada tiap raka’at dengan perincian
sebagai berikut.
Sesudah membaca Al-Fatihah dan surah sebelum ruku sebanyak 15 kali,
Ketika ruku’ sesudah membaca do’a ruku’ dibaca lagi sebanyak 10
kali,
Ketika bangun dari ruku’ sesudah bacaan i’tidal dibaca 10 kali,
Ketika sujud pertama sesudah membaca do’a sujud dibaca 10 kali,
Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua
sujud dibaca 10 kali,
Ketika sujud yang kedua sesudah membaca do’a sujud dibaca lagi
sebanyak 10 kali,
Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk
istirahat) dibaca lagi sebanyak 10 kali. (Terus baru berdiri tuk rakaat
yang kedua).
Demikianlah rinciannya, bahwa shalat Tasbih dilakukan sebanyak 4 raka’at
dengan sekali tasyahud, yaitu pada raka’at yang keempat lalu salam
(jika dilakukan pagi hari). Bisa juga dilakukan dengan cara dua
raka’at-dua raka’at (jika dilakukan malam hari), Sesuai yang diterangkan
oleh Rasulullah SAW: “Shalat malam itu, dua-dua” (HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim) di mana setiap dua raka’at membaca tasyahud kemudian
salam.Waktu shalat tasbih yang paling utama adalah sesudah tenggelamnya
matahari, sebagaimana dalam riwayat ‘Abdullah bin Amr. Tetapi dalam
riwayat Ikrimah yang mursal diterangkan bahwa boleh malam hari dan boleh
siang hari. Wallâhu A’lam.
Anjuran shalat tasbih ini sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda
Rasulullah SAW dalam sebuah hadist dari Ibnu ‘Abbas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ: أَنََّ رَسُوْلُ اللهِ صَلََّى
الله ُعَلَيْهِ وَسَلََّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبْ:
يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ !! أَلاَ أُعْطِيْكَ؟ أَلاَ أُمْنِحُكَ؟ أَلاَ
أُحِبُّكَ؟ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشَرَ خِصَالٍ, إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ
ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبِكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ, قَدِيْمَهُ
وَحَدِيْثَهُ, خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ, صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ, سِرَّهُ
وَعَلاَنِيَّتَهُ. عَشَرَ خِصَالٍ, أَنْ تُصَلِّيْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
تَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُوْرَةً, فَإِذَا
فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِي أَوَّلِ رَكْعَةٍ, وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاََّّ اللهِ وَالله
ُأَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً, ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ
رَاكِعٌ عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا
عَشْرًا, ثُمَّ تَهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ
عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا,
ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ
فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ
تَفْعَلُ ذَلِكَ فِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ, إِذَا اسْتَطَعْتَ أَنْ
تُصَلِّيْهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ
فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً, فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ شَهْرٍ
مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ
تَفْعَلْ فَفِي عُمْرِكَ مَرَّةً.
Artinya:
“Dari Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada ‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib, ‘Wahai ‘Abbas, wahai
pamanku, maukah kamu apabila aku beri? Bolehkah sekiranya aku beri
petunjuk padamu? Tidakkah kau mau? saya akan tunjukkan suatu perbuatan
yang mengandung 10 keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni
dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru,
yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang
besar, yang tersembunyi maupun yang nampak.
Semuanya 10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca
Al-Fatihah dan satu surah. Jika telah selesai, maka bacalah Subhanallâhi
wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâh wallahu akbar sebelum ruku’
sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di
dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ (I’tidal) baca
lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali,
kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud
lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum
berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali
setiap rakaat. Lakukan yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah
setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu
setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka
lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu."[†] (HR. Abu Daud no. 1297)
Dari Anas bin Malik bahwasannya Ummu Sulaim pagi-pagi menemui Baginda
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, ajarilah saya
beberapa kalimat yang saya ucapkan didalam shalatku, maka beliau
bersabda:
كَبِّرِى اللَّهَ عَشْرًا وَسَبِّحِى اللَّهَ عَشْرًا وَاحْمَدِيهِ عَشْرًا
ثُمَّ سَلِى مَا شِئْتِ يَقُولُ نَعَمْ نَعَمْ ». قَالَ وَفِى الْبَابِ
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَالْفَضْلِ بْنِ
عَبَّاسٍ وَأَبِى رَافِعٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ
حَسَنٌ غَرِيبٌ. وَقَدْ رُوِىَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
غَيْرُ حَدِيثٍ فِى صَلاَةِ التَّسْبِيحِ وَلاَ يَصِحُّ مِنْهُ كَبِيرُ
شَىْءٍ. وَقَدْ رَأَى ابْنُ الْمُبَارَكِ وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ
الْعِلْمِ صَلاَةَ التَّسْبِيحِ وَذَكَرُوا الْفَضْلَ فِيهِ. حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ حَدَّثَنَا أَبُو وَهْبٍ قَالَ سَأَلْتُ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ الْمُبَارَكِ عَنِ الصَّلاَةِ الَّتِى يُسَبَّحُ فِيهَا
فَقَالَ يُكَبِّرُ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ
يَقُولُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَتَعَوَّذُ
وَيَقْرَأُ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) وَفَاتِحَةَ
الْكِتَابِ وَسُورَةً ثُمَّ يَقُولُ عَشْرَ مَرَّاتٍ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ
يَرْكَعُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا. ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ
فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَرْفَعُ
رَأْسَهُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ الثَّانِيَةَ فَيَقُولُهَا
عَشْرًا يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ عَلَى هَذَا فَذَلِكَ خَمْسٌ
وَسَبْعُونَ تَسْبِيحَةً فِى كُلِّ رَكْعَةٍ يَبْدَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ
بِخَمْسَ عَشْرَةَ تَسْبِيحَةً ثُمَّ يَقْرَأُ ثُمَّ يُسَبِّحُ عَشْرًا
فَإِنْ صَلَّى لَيْلاً فَأَحَبُّ إِلَىَّ أَنْ يُسَلِّمَ فِى
الرَّكْعَتَيْنِ وَإِنْ صَلَّى نَهَارًا فَإِنْ شَاءَ سَلَّمَ وَإِنْ شَاءَ
لَمْ يُسَلِّمْ. قَالَ أَبُو وَهْبٍ وَأَخْبَرَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ
أَبِى رِزْمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ قَالَ يَبْدَأُ فِى
الرُّكُوعِ بِسُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَفِى السُّجُودِ بِسُبْحَانَ
رَبِّىَ الأَعْلَى ثَلاَثًا ثُمَّ يُسَبِّحُ التَّسْبِيحَاتِ. قَالَ
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ وَحَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ زَمْعَةَ قَالَ
أَخْبَرَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ أَبِى رِزْمَةَ قَالَ قُلْتُ
لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ إِنْ سَهَا فِيهَا يُسَبِّحُ فِى
سَجْدَتَىِ السَّهْوِ عَشْرًا عَشْرًا قَالَ لاَ إِنَّمَا هِىَ
ثَلاَثُمِائَةِ تَسْبِيحَةٍ.
Artinya:
"Bertakbirlah kepada Allah sebanyak sepuluh kali, bertasbihlah kepada
Allah sepuluh kali dan bertahmidlah (mengucapkan alhamdulillah) sepuluh
kali, kemudian memohonlah (kepada Allah) apa yang kamu kehendaki,
niscaya Dia akan menjawab: ya, ya, (Aku kabulkan permintaanmu)."
(perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Ibnu
Abbas, Abdullah bin Amru, Al Fadll bin Abbas dan Abu Rafi'. Abu Isa
berkata, hadits anas adalah hadits hasan gharib, telah diriwayatkan dari
Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam selain hadits ini mengenai shalat
tasbih, yang kebanyakan (riwayatnya) tidak shahih. Ibnu Mubarrak dan
beberapa ulama lainnya berpendapat akan adanya shalat tasbih, mereka
juga menyebutkan keutamaan shalat tasbih. Telah mengabarkan kepada kami
Ahmad bin 'Abdah Telah mengabarkan kepada kami Abu Wahb dia berkata,
saya bertanya kepada Abdullah bin Al Mubarak tentang shalat tasbih yang
didalamnya terdapat bacaan tasbihnya, dia menjawab, ia bertakbir
kemudian membaca Subhaanaka Allahumma Wa Bihamdika Wa Tabaarakasmuka Wa
Ta'ala Jadduka Walaa Ilaaha Ghairuka kemudian dia membaca Subhaanallah
Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak lima belas
kali, kemudian ia berta'awudz dan membaca bismillah dilanjutkan dengan
membaca surat Al fatihah dan surat yang lain, kemudian ia membaca
Subhaanallah Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak
sepuluh kali, kemudian ruku' dan membaca kalimat itu sepuluh kali, lalu
mengangkat kepala dari ruku' dengan membaca kalimat tersebut sepuluh
kali, kemudian sujud dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali, lalu
mengangkat kepalanya dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali,
kemudian sujud yang kedua kali dengan membaca kalimat tersebut sepuluh
kali, ia melakukan seperti itu sebanyak empat raka'at, yang setiap satu
raka'atnya membaca tasbih sebanyak tujuh puluh lima kali, disetiap
raka'atnnya membaca lima belas kali tasbih, kemudian membaca Al Fatehah
dan surat sesudahnya serta membaca tasbih sepuluh kali-sepuluh kali,
jika ia shalat malam, maka yang lebih disenagi adalah salam pada setiap
dua raka'atnya. Jika ia shalat disiang hari, maka ia boleh salam (di
raka'at kedua) atau tidak. Abu Wahb berkata, telah mengabarkan kepadaku
'Abdul 'Aziz bin Abu Rizmah dari Abdullah bahwa dia berkata, sewaktu
ruku' hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal 'Adziimi, begitu
juga waktu sujud hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal A'la
sebanyak tiga kali, kemudian membaca tasbih beberapa kali bacaan. Ahmad
bin 'Abdah berkata, Telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Zam'ah dia
berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Abdul 'Aziz dia adalah Ibnu Abu
Zirmah, dia berkata, saya bertanya kepada Abdullah bin Mubarak, jika
seseorang lupa (waktu mengerjakan shalat tasbih) apakah ia harus membaca
tasbih pada dua sujud sahwi sebanyak sepuluh kali-sepuluh kali? Dia
menjawab, tidak, hanya saja (semua bacaan tasbih pada shalat tasbih) ada
tiga ratus kali. (HR. Tirmidzi no. 481)
Kedua hadits di atas adalah hadits yang menjelaskan tata cara shalat
tasbih. Intinya, shalat tasbih dilakukan dengan 4 raka’at. Ulama
Syafi’iyah berpendapat bahwa shalat tasbih jumlahnya empat raka’at dan
tidak boleh lebih dari itu.
C. Para Ulama yang Menshahihkan Hadits Shalat Tasbih
Abu Dâud As-Sijistâny. Beliau berkata, “Tidak ada, dalam masalah
shalat Tasbih, hadits yang lebih shahih dari hadits ini.”
Ad-Dâraquthny. Beliau berkata, “Hadits yang paling shahih dalam
masalah keutamaan Al-Qur`ân adalah (hadits tentang keutamaan) Qul Huwa
Allâhu Ahad, dan yang paling shahih dalam masalah keutamaan shalat
adalah hadits tentang shalat Tasbih.”
Al-Âjurry.
Ibnu Mandah.
Al-Baihaqy.
Ibnu As-Sakan.
Abu Sa’ad As-Sam’âny.
Abu Musa Al-Madiny.
Abu Al-Hasan bin Al-Mufadhdhal Al-Maqdasy.
Abu Muhammad ‘Abdurrahim Al-Mishry.
Al-Mundziry dalam At-Targhib Wa At-Tarhib dan Mukhtashar Sunan Abu
Dâud .
Ibnush Shalâh. Beliau berkata, “Shalat Tasbih adalah sunnah, bukan
bid’ah. Hadits-haditsnya dipakai beramal dengannya.”
An-Nawawy dalam At-Tahdzîb Al - Asma` Wa Al-Lughât .
Abu Manshur Ad Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus .
Shalâhuddin Al-‘Alâi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih shahih
atau hasan, dan harus (tidak boleh dha’if).”
Sirajuddîn Al-Bilqîny. Beliau berkata, “Hadits shalat tasbih shahih
dan ia mempunyai jalan-jalan yang sebagian darinya menguatkan sebagian
yang lainnya, maka ia adalah sunnah dan sepantasnya diamalkan.”
Az-Zarkasyi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih adalah shahih dan
bukan dha’if apalagi maudhu’ (palsu).”
As-Subki.
Az-Zubaidy dalam Ithâf As-Sâdah Al-Muttaqîn 3/473.
Ibnu Nâshiruddin Ad-Dimasqy.
Al-Hâfidz Ibnu Hajar dalam Al-Khishâl Al-Mukaffirah Lidzdzunûb
Al-Mutaqaddimah Wal Muta`Akhkhirah , Natâijul Afkâr Fî Amâlil Adzkâr dan
Al-Ajwibah ‘Alâ Ahâdits Al-Mashâbîh.
As-Suyûthy.
Al-Laknawy.
As-Sindy.
Al-Mubârakfûry dalam Tuhfah Al-Ahwadzy .
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ahmad Syâkir rahimahullâh.
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Nâshiruddîn Al-Albâny rahimahullâh dalam
Shahîh Abi Dâud (hadits 1173-1174), Shahîh At-Tirmidzy , Shahîh
At-Targhib (1/684-686) dan Tahqîq Al-Misykah (1/1328-1329).
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hâdy Al-Wâdi’iy rahimahullâh
dalam Ash-Shahîh Al-Musnad Mimmâ Laisa Fî Ash-Shahihain .
D. Do’a Setelah Shalat Tasbih:
· اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ تَوْفِيْقَ اَهْلِ اْلهُدَى
وَاَعْمَالَ اَهْلِ اْليَقِيْن وَمُنَاصَحَةَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزَمَ
اَهْلِ الصَّبْرِ وَجَدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّغْبَةِ
وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ اْلعِلْمِ حَتىَّ
اَخَافَكَ .
· اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ مَخَافَةً تُحْجِزُنِى عَنْ
مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَعَاتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُ بِهِ رِضَاكَ
وَحَتَّى اُنَاصِحَكَ فِى التَّوْبَةِ خَوْفًا مِنْكَ وَحَتَّى اُخْلِصَ
لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّالَكَ وَحَتَّى اَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فِى
اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَاُحْسِنَ الظَّنَّ بِكَ سُبْحَانَ خَالِقِ
النُّوْرِ رَبَّنَا اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَغْفِرْلَنَا اِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّّاحِمِيْن.
E. Bid’ah yang sering ditemukan dalam Shalat Tasbih
Untuk melengkapi pembahasan yang singkat ini, maka saya sertakan juga
penyimpangan-penyimpangan (bid’ah–bid’ah) yang banyak terjadi disekitar
pelaksanaan shalat tasbih, di antaranya adalah:
Mengkhususkan pelaksanaannya pada malam Jum’at saja.
Dilakukan secara berjama’ah terus menerus.
Diiringi dengan bacaan-bacaan tertentu, baik sebelum maupun sesudah
shalat.
Tidak mau shalat kecuali bersama imamnya, jamaahnya, atau
tarekatnya.
Tidak mau shalat kecuali di masjid tertentu.
Keyakinan sebagian orang yang melakukannya bahwa rezekinya akan
bertambah dengan shalat tasbih.
Membawa binatang-binatang tertentu untuk disembelih saat sebelum
atau sesudah shalat tasbih, disertai dengan keyakinan-keyakinan
tertentu.
F. Kesimpulan
Hadits tentang shalat tasbih adalah hadits yang tsabit/sah dari
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka boleh diamalkan sesuai
dengan tata cara yang telah disebutkan diatas.
- Wallâhu A’lam bi ash-Shawâb -
- See more at:
http://afifulikhwan.blogspot.com/2012/11/tata-cara-shalat-tasbih-lengkap-dan.html#sthash.lCP2Mv6G.dpuf
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
0 komentar
Posting Komentar