Hukum Memanjangkan Kuku
Di zaman sekarang, tidak sedikit wanita
muslimah yang memanjangkan kuku. Sebagian beralasan, karena kuku yang
panjang menambah kecantikan. Bagaimana sebenarnya hukum memanjangkan
kuku?
Perlu dipahami bahwa memotong kuku
adalah salah satu dari lima fitrah yang ditetapkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan ditegaskan melalui lisan RasulNya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ
“Ada lima macam fitrah , yakni khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Memanjangkan kuku merupakan tindakan
menentang fitrah dan sunnah Nabi ini. Memanjangkan kuku juga membuat
kuku lebih mudah kotor dan kulit di bawah kuku lebih sulit dibersihkan
saat wudhu atau mandi junub. Padahal, Islam sangat mencintai kebersihan.
Kalaupun ada wanita muslimah yang
terlihat kukunya yang panjang selalu tampak bersih, itu karena ia selalu
membersihkannya. Yang tentu saja, membutuhkan waktu ekstra dan
mengeluarkan biaya lebih. Menyita banyak waktu dan menyedot uang untuk
hal-hal yang tidak bermanfaat seperti ini merupakan salah satu sikap
mubadzir yang dilarang dalam Islam.
Para ulama’ umumnya menyatakan bahwa
hukum memanjangkan kuku adalah makruh. Sebagian lagi berpendapat, jika
telah lebih dari 40 hari, memanjangkan kuku tergolong haram.
Anas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan,
Rasulullah telah membatasi waktu bagi umat Islam selama 40 hari untuk
mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu
kemaluan.
وُقِّتَ لَنَا فِى قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمِ الأَظْفَارِ وَنَتْفِ الإِبْطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ أَنْ لاَ نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
”Kami diberi batasan dalam
memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketika, mencukur bulu
kemaluan, yaitu itu semua tidak dibiarkan lebih dari 40 malam.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi menjelaskan, “Adapun batasan
waktu memotong kuku, maka dilihat dari panjangnya kuku tersebut. Ketika
telah panjang, maka dipotong. Ini berbeda satu orang dan lainnya.
Selain itu, dilihat juga dari kondisi. Hal ini jugalah yang menjadi
standar dalam menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu
kemaluan.”
Wallahu a’lam bish shawab. [Webmuslimah.com]
Hukum Memanjangkan Kuku
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Ustadz. Bagaimana hukumnya memelihara kuku sampai panjang, apakah makruh atau haram dan apa alasannya? Terima kasih.
Jawaban:
Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Memotong kuku hukumnya adalah sunnah dan merupakan salah satu perkara fitrah di dalam Islam. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ (أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ): الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الإِبِطِ، وَقَصّ الشّارِبِ
“Perkara fitrah ada lima (atau lima perkara fitrah) yaitu: khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis.” [HR Al Bukhari (5889) dan Muslim (257)]
Jika ingin membiarkannya panjang maka jangan sampai melebihi empat puluh hari berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, dia berkata:
وقت لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حلق العانة وتقليم الأظفار وقص الشارب ونتف الإبط أربعين يوما مرة
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan (batas) waktu bagi kita untuk mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memotong kumis, dan mencabut bulu ketiak sebanyak satu kali dalam empat puluh hari.” [HR Abu Daud (4200). Hadits shahih.]
Memanjangkan kuku dapat membuat terkumpulnya kotoran di sela-sela kuku yang dapat menimbulkan penyakit bagi si pemilik kuku. Selain itu, memanjangkan kuku ada unsur kemiripan dengan binatang.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata tentang kejelekan memanjangkan kuku: “… (Memanjangkan kuku) juga menjadikan seseorang meniru binatang. Oleh karena ini Rasul صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا
أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَكُلُوهُ، لَيْسَ
السِّنَّ وَالظُّفُرَ، وَسَأُحَدِّثُكُمْ عَنْ ذَلِكَ. أَمَّا السِّنُّ
فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفُرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ
“Alat apa saja yang dapat menumpahkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya (ketika menyembelih) maka makanlah ia, kecuali (alat yang berasal dari) gigi dan kuku. Saya akan memberitahukan kepada kalian tentang alasannya. Adapun gigi maka ia adalah tulang, sedangkan kuku maka ia adalah pisaunya orang Habasyah.” [HR Al Bukhari (2488)]
Maksudnya mereka (orang Habasyah) menggunakan kuku sebagai pisau untuk menyembelih dan memotong daging dengannya ataupun untuk yang lainnya. Ini adalah termasuk dari kebiasaan mereka yang mirip dengan binatang.” Demikian fatwa beliau rahimahullah.
Berdasarkan penjelasan di atas, memajangkan kuku melebihi lebih dari empat puluh hari adalah perbuatan yang menyelisihi sunnah dan fitrah, dan hukumnya adalah makruh. Akan tetapi jika tujuan dia memanjangkan kuku untuk meniru kebiasaan atau tren kaum kafir, maka hukumnya adalah haram berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu dari Nabi صلى الله عليه وسلم berkata:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR Abu Daud (4031). Hadits hasan.]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits di atas: “Hadits ini paling minimal mengandung hukum haram, meskipun secara zhahirnya ia memberikan konsekuensi kafirnya orang yang menyerupai mereka.” Demikian dari Majmu’ Fatawa wa Rasail Syaikh Al ‘Utsaimin.
Wallahu a'lam bish shawab.
والحمد لله رب العالمين
Hukum Memanjangkan Kuku
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Ustadz. Bagaimana hukumnya memelihara kuku sampai panjang, apakah makruh atau haram dan apa alasannya? Terima kasih.
Jawaban:
Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Memotong kuku hukumnya adalah sunnah dan merupakan salah satu perkara fitrah di dalam Islam. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ (أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ): الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الإِبِطِ، وَقَصّ الشّارِبِ
“Perkara fitrah ada lima (atau lima perkara fitrah) yaitu: khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis.” [HR Al Bukhari (5889) dan Muslim (257)]
Jika ingin membiarkannya panjang maka jangan sampai melebihi empat puluh hari berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, dia berkata:
وقت لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حلق العانة وتقليم الأظفار وقص الشارب ونتف الإبط أربعين يوما مرة
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan (batas) waktu bagi kita untuk mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memotong kumis, dan mencabut bulu ketiak sebanyak satu kali dalam empat puluh hari.” [HR Abu Daud (4200). Hadits shahih.]
Memanjangkan kuku dapat membuat terkumpulnya kotoran di sela-sela kuku yang dapat menimbulkan penyakit bagi si pemilik kuku. Selain itu, memanjangkan kuku ada unsur kemiripan dengan binatang.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata tentang kejelekan memanjangkan kuku: “… (Memanjangkan kuku) juga menjadikan seseorang meniru binatang. Oleh karena ini Rasul صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا
أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَكُلُوهُ، لَيْسَ
السِّنَّ وَالظُّفُرَ، وَسَأُحَدِّثُكُمْ عَنْ ذَلِكَ. أَمَّا السِّنُّ
فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفُرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ
“Alat apa saja yang dapat menumpahkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya (ketika menyembelih) maka makanlah ia, kecuali (alat yang berasal dari) gigi dan kuku. Saya akan memberitahukan kepada kalian tentang alasannya. Adapun gigi maka ia adalah tulang, sedangkan kuku maka ia adalah pisaunya orang Habasyah.” [HR Al Bukhari (2488)]
Maksudnya mereka (orang Habasyah) menggunakan kuku sebagai pisau untuk menyembelih dan memotong daging dengannya ataupun untuk yang lainnya. Ini adalah termasuk dari kebiasaan mereka yang mirip dengan binatang.” Demikian fatwa beliau rahimahullah.
Berdasarkan penjelasan di atas, memajangkan kuku melebihi lebih dari empat puluh hari adalah perbuatan yang menyelisihi sunnah dan fitrah, dan hukumnya adalah makruh. Akan tetapi jika tujuan dia memanjangkan kuku untuk meniru kebiasaan atau tren kaum kafir, maka hukumnya adalah haram berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu dari Nabi صلى الله عليه وسلم berkata:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR Abu Daud (4031). Hadits hasan.]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits di atas: “Hadits ini paling minimal mengandung hukum haram, meskipun secara zhahirnya ia memberikan konsekuensi kafirnya orang yang menyerupai mereka.” Demikian dari Majmu’ Fatawa wa Rasail Syaikh Al ‘Utsaimin.
Wallahu a'lam bish shawab.
والحمد لله رب العالمين
Hukum Memanjangkan Kuku
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Ustadz. Bagaimana hukumnya memelihara kuku sampai panjang, apakah makruh atau haram dan apa alasannya? Terima kasih.
Jawaban:
Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Memotong kuku hukumnya adalah sunnah dan merupakan salah satu perkara fitrah di dalam Islam. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ (أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ): الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الإِبِطِ، وَقَصّ الشّارِبِ
“Perkara fitrah ada lima (atau lima perkara fitrah) yaitu: khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis.” [HR Al Bukhari (5889) dan Muslim (257)]
Jika ingin membiarkannya panjang maka jangan sampai melebihi empat puluh hari berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, dia berkata:
وقت لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حلق العانة وتقليم الأظفار وقص الشارب ونتف الإبط أربعين يوما مرة
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan (batas) waktu bagi kita untuk mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memotong kumis, dan mencabut bulu ketiak sebanyak satu kali dalam empat puluh hari.” [HR Abu Daud (4200). Hadits shahih.]
Memanjangkan kuku dapat membuat terkumpulnya kotoran di sela-sela kuku yang dapat menimbulkan penyakit bagi si pemilik kuku. Selain itu, memanjangkan kuku ada unsur kemiripan dengan binatang.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata tentang kejelekan memanjangkan kuku: “… (Memanjangkan kuku) juga menjadikan seseorang meniru binatang. Oleh karena ini Rasul صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا
أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَكُلُوهُ، لَيْسَ
السِّنَّ وَالظُّفُرَ، وَسَأُحَدِّثُكُمْ عَنْ ذَلِكَ. أَمَّا السِّنُّ
فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفُرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ
“Alat apa saja yang dapat menumpahkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya (ketika menyembelih) maka makanlah ia, kecuali (alat yang berasal dari) gigi dan kuku. Saya akan memberitahukan kepada kalian tentang alasannya. Adapun gigi maka ia adalah tulang, sedangkan kuku maka ia adalah pisaunya orang Habasyah.” [HR Al Bukhari (2488)]
Maksudnya mereka (orang Habasyah) menggunakan kuku sebagai pisau untuk menyembelih dan memotong daging dengannya ataupun untuk yang lainnya. Ini adalah termasuk dari kebiasaan mereka yang mirip dengan binatang.” Demikian fatwa beliau rahimahullah.
Berdasarkan penjelasan di atas, memajangkan kuku melebihi lebih dari empat puluh hari adalah perbuatan yang menyelisihi sunnah dan fitrah, dan hukumnya adalah makruh. Akan tetapi jika tujuan dia memanjangkan kuku untuk meniru kebiasaan atau tren kaum kafir, maka hukumnya adalah haram berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu dari Nabi صلى الله عليه وسلم berkata:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR Abu Daud (4031). Hadits hasan.]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits di atas: “Hadits ini paling minimal mengandung hukum haram, meskipun secara zhahirnya ia memberikan konsekuensi kafirnya orang yang menyerupai mereka.” Demikian dari Majmu’ Fatawa wa Rasail Syaikh Al ‘Utsaimin.
Wallahu a'lam bish shawab.
والحمد لله رب العالمين
Hukum Memanjangkan Kuku
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Ustadz. Bagaimana hukumnya memelihara kuku sampai panjang, apakah makruh atau haram dan apa alasannya? Terima kasih.
Jawaban:
Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Memotong kuku hukumnya adalah sunnah dan merupakan salah satu perkara fitrah di dalam Islam. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ (أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ): الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الإِبِطِ، وَقَصّ الشّارِبِ
“Perkara fitrah ada lima (atau lima perkara fitrah) yaitu: khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis.” [HR Al Bukhari (5889) dan Muslim (257)]
Jika ingin membiarkannya panjang maka jangan sampai melebihi empat puluh hari berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, dia berkata:
وقت لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حلق العانة وتقليم الأظفار وقص الشارب ونتف الإبط أربعين يوما مرة
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan (batas) waktu bagi kita untuk mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memotong kumis, dan mencabut bulu ketiak sebanyak satu kali dalam empat puluh hari.” [HR Abu Daud (4200). Hadits shahih.]
Memanjangkan kuku dapat membuat terkumpulnya kotoran di sela-sela kuku yang dapat menimbulkan penyakit bagi si pemilik kuku. Selain itu, memanjangkan kuku ada unsur kemiripan dengan binatang.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata tentang kejelekan memanjangkan kuku: “… (Memanjangkan kuku) juga menjadikan seseorang meniru binatang. Oleh karena ini Rasul صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا
أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَكُلُوهُ، لَيْسَ
السِّنَّ وَالظُّفُرَ، وَسَأُحَدِّثُكُمْ عَنْ ذَلِكَ. أَمَّا السِّنُّ
فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفُرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ
“Alat apa saja yang dapat menumpahkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya (ketika menyembelih) maka makanlah ia, kecuali (alat yang berasal dari) gigi dan kuku. Saya akan memberitahukan kepada kalian tentang alasannya. Adapun gigi maka ia adalah tulang, sedangkan kuku maka ia adalah pisaunya orang Habasyah.” [HR Al Bukhari (2488)]
Maksudnya mereka (orang Habasyah) menggunakan kuku sebagai pisau untuk menyembelih dan memotong daging dengannya ataupun untuk yang lainnya. Ini adalah termasuk dari kebiasaan mereka yang mirip dengan binatang.” Demikian fatwa beliau rahimahullah.
Berdasarkan penjelasan di atas, memajangkan kuku melebihi lebih dari empat puluh hari adalah perbuatan yang menyelisihi sunnah dan fitrah, dan hukumnya adalah makruh. Akan tetapi jika tujuan dia memanjangkan kuku untuk meniru kebiasaan atau tren kaum kafir, maka hukumnya adalah haram berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu dari Nabi صلى الله عليه وسلم berkata:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR Abu Daud (4031). Hadits hasan.]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits di atas: “Hadits ini paling minimal mengandung hukum haram, meskipun secara zhahirnya ia memberikan konsekuensi kafirnya orang yang menyerupai mereka.” Demikian dari Majmu’ Fatawa wa Rasail Syaikh Al ‘Utsaimin.
Wallahu a'lam bish shawab.
والحمد لله رب العالمين
Hukum Memanjangkan Kuku
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Ustadz. Bagaimana hukumnya memelihara kuku sampai panjang, apakah makruh atau haram dan apa alasannya? Terima kasih.
Jawaban:
Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Memotong kuku hukumnya adalah sunnah dan merupakan salah satu perkara fitrah di dalam Islam. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ (أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ): الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الإِبِطِ، وَقَصّ الشّارِبِ
“Perkara fitrah ada lima (atau lima perkara fitrah) yaitu: khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis.” [HR Al Bukhari (5889) dan Muslim (257)]
Jika ingin membiarkannya panjang maka jangan sampai melebihi empat puluh hari berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, dia berkata:
وقت لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حلق العانة وتقليم الأظفار وقص الشارب ونتف الإبط أربعين يوما مرة
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan (batas) waktu bagi kita untuk mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memotong kumis, dan mencabut bulu ketiak sebanyak satu kali dalam empat puluh hari.” [HR Abu Daud (4200). Hadits shahih.]
Memanjangkan kuku dapat membuat terkumpulnya kotoran di sela-sela kuku yang dapat menimbulkan penyakit bagi si pemilik kuku. Selain itu, memanjangkan kuku ada unsur kemiripan dengan binatang.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata tentang kejelekan memanjangkan kuku: “… (Memanjangkan kuku) juga menjadikan seseorang meniru binatang. Oleh karena ini Rasul صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا
أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَكُلُوهُ، لَيْسَ
السِّنَّ وَالظُّفُرَ، وَسَأُحَدِّثُكُمْ عَنْ ذَلِكَ. أَمَّا السِّنُّ
فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفُرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ
“Alat apa saja yang dapat menumpahkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya (ketika menyembelih) maka makanlah ia, kecuali (alat yang berasal dari) gigi dan kuku. Saya akan memberitahukan kepada kalian tentang alasannya. Adapun gigi maka ia adalah tulang, sedangkan kuku maka ia adalah pisaunya orang Habasyah.” [HR Al Bukhari (2488)]
Maksudnya mereka (orang Habasyah) menggunakan kuku sebagai pisau untuk menyembelih dan memotong daging dengannya ataupun untuk yang lainnya. Ini adalah termasuk dari kebiasaan mereka yang mirip dengan binatang.” Demikian fatwa beliau rahimahullah.
Berdasarkan penjelasan di atas, memajangkan kuku melebihi lebih dari empat puluh hari adalah perbuatan yang menyelisihi sunnah dan fitrah, dan hukumnya adalah makruh. Akan tetapi jika tujuan dia memanjangkan kuku untuk meniru kebiasaan atau tren kaum kafir, maka hukumnya adalah haram berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu dari Nabi صلى الله عليه وسلم berkata:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR Abu Daud (4031). Hadits hasan.]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits di atas: “Hadits ini paling minimal mengandung hukum haram, meskipun secara zhahirnya ia memberikan konsekuensi kafirnya orang yang menyerupai mereka.” Demikian dari Majmu’ Fatawa wa Rasail Syaikh Al ‘Utsaimin.
Wallahu a'lam bish shawab.
والحمد لله رب العالمين
0 komentar
Posting Komentar