Trik Hadapi Anak yang Suka Membantah
Anak
balita anda sekarang sering membantah? Tak usah gemas apalagi sampai
hilang kesabaran, sikap membantah yang menjadi-jadi di usia prasekolah
akan hilang dengan sendirinya bila orang tua tahu bagaimana
menghadapinya secara tepat. Sebagaimana diungkapkan Ibu Ery
Soekresni,Psi yang membagikan pengalaman dan tips dalam menangani
anak-anak yang suka membantah.
“Dina, sudah jam empat, waktunya mandi!” seru Sari
kepada anaknya yang berusia 4 tahun. Dina membalas, “Enggak mau ah. Aku
kan tadi sudah mandi!” “Tadi itu mandi pagi, Dina!” “Tapi itu kan juga
mandi! Aku enggak mau mandi lagi.” Wah, sebagai orang tua kita memang
harus berusaha sabar menghadapi si prasekolah, karena jarang sekali
mereka mau memenuhi permintaan orang tua tanpa argumentasi atau
bantahan. Ery Soekresno, Psi., berkomentar, memang begitulah mereka;
suka sekali membantah-suka sekali membangkang.
Namun menurutnya, hal ini bukan tidak ada
penyebabnya. Ery menuturkan beberapa faktor yang bisa menjadi akar
permasalahan kenapa si kecil sering kali menggerogoti kesabaran orang
tuanya:
1. Fase membangkang/membantah
Pada usia sekitar 4 tahun, kemampuan motorik kasar,
motorik halus dan kemampuan berbicara anak sudah berkembang pesat.
Disamping itu mereka tengah berada pada tahap agresif secara fisik dan
verbal; senang memukul, menggigit, menendang, sekaligus juga
berkata-kata “negatif”, seperti mengatakan, “Mama jahat”, “Kakak nakal!”
Ini karena si prasekolah menggunakan kemampuan berbahasanya untuk
menghadapi masalah atau sesuatu yang tak diinginkannya. Umpamanya, kasus
Dina yang membantah ketika disuruh mandi. Bisa jadi karena pada saat
yang bersamaan dia sedang bermain. Jadi dengan mandi berarti dia mesti
meninggalkan keasyikannya.
2. Ingin menguji orang tua
Banyak hal yang menyebabkan anak “menguji” orang
tuanya. Si prasekolah merasa tak diperhatikan, misalnya. Anak berpikir
dengan cara membantah dan bersikap negativistik maka diharapkan orang
tua akan memperhatikannya lagi.
3. Mulai memahami dunia
Di usia 3-5 tahun, anak mulai belajar menerima dan
menyadari bahwa dirinya tak bisa mengendalikan semuanya. Seperti
diketahui, saat batita, anak begitu egosentris; merasa dunia selalu
berpusat padanya dan dia dapat mengatur segalanya. Nah, di usia
prasekolah, mereka mulai belajar menerima keadaan yang ternyata tak bisa
lagi diatur sesuai keinginannya. Ternyata ada hal-hal di luar
kekuasaannya. Dia mulai dikenai berbagai peraturan orang tua; kapan
harus tidur, kapan sekolah, kapan makan, dan kapan boleh bermain.
4. Mulai mampu berpikir secara abstrak
Anak usia 4-5 tahun mulai memiliki kemampuan berpikir
abstrak. Wawasan berpikirnya sudah makin luas. Dia mulai mendapat
berbagai informasi dari aneka sumber. Namun, yang dilakukannya masih
meraba-raba, kadang benar kadang salah. Dalam istilah lain, keputusan
dan tindakan yang diambilnya masih bersifat hitam-putih.
5. Pengaruh lingkungan
Orang tua mungkin merasa sudah memberikan contoh yang
baik kepada anak, tapi ternyata si kecil tetap saja suka membantah.
Salah satu penyebabnya adalah pengaruh lingkungan; bisa di sekolah atau
di rumah. Anak mencontoh perilaku membangkang dari orang lain. Atau
mungkin karena penerapan pola asuh orang tua yang tidak tepat sehingga
menyebabkan anak selalu melakukan penolakan dan sikap yang negatif
seperti itu.
BUTUH KESABARAN
Agar bisa sabar, Eri mengimbau para orang tua untuk
menyimak informasi mengenai tahapan tumbuh-kembang anak. Ya, mereka
memang seperti itu adanya. Lagi pula kadang-kadang bantahan anak
dilatarbelakangi alasan yang kuat, kok. Jadi, orang tua juga mesti
mencari penyebab mengapa si kecil membangkang. Berikut ini bentuk-bentuk
bantahan si prasekolah dan cara menghadapinya:
1. Menolak makan
Penyebab:
* Anak jadi ogah menyantap makanan karena awalnya mungkin orang tua terkesan memaksa.
* Menu yang disajikan dirasa membosankan.
* Anak jadi ogah menyantap makanan karena awalnya mungkin orang tua terkesan memaksa.
* Menu yang disajikan dirasa membosankan.
Cara mengatasi:
* Bujuk anak, “Kakak mau makan jam berapa?” atau “Sudah waktunya makan. Kakak mau makan apa?”
* Berikan menu makanan yang variatif untuk memancing selera makannya.
* Bujuk anak, “Kakak mau makan jam berapa?” atau “Sudah waktunya makan. Kakak mau makan apa?”
* Berikan menu makanan yang variatif untuk memancing selera makannya.
2. Tak mau tidur tepat waktu
Penyebab:
Si prasekolah memang senang tawar-menawar. Misalnya,
dia tak mau tidur tepat jam 8 malam. Maunya tidur jam 10. Alasan yang
dilontarkan beragam, misalnya karena belum ngantuk, ingin nonton dulu
acara televisi yang menarik, menunggu ayah atau ibu pulang dari kantor,
atau meniru ayah dan ibu yang memang biasa tidur jam 10 malam.
Cara mengatasi:
* Jelaskan bahwa jam 8 malam memang waktunya tidur.
Itu sebuah peraturan yang mesti ditaati. Kalaupun ia belum mengantuk,
anak tetap harus masuk kamar. “Kalau kamu belum ngantuk tak apa-apa.
Tapi tetap harus masuk kamar.”
* Beri kesempatan ia tidur larut di hari-hari
spesial. Misalnya, di malam minggu anak boleh terjaga hingga jam 10
malam. Dengan begitu, anak tak akan membantah lagi atau tawar-menawar
karena dia sudah punya alternatif waktu, kapan boleh tidur larut malam.
3. Tak mau mandi
Penyebab:
Menurut Ery, anak usia 4-5 tahun kadang memang suka
penampilan yang “jorok”. Salah satunya dengan cara tak mau mandi.
Memaksa tak akan menyelesaikan masalah, kecuali menetapkan strategi
lain.
Cara Mengatasi:
* Orang tua mesti memperhatikan situasi atau kondisi
si kecil. Kalau ia tengah asyik bermain, coba beri waktu beberapa menit
untuk ia menyelesaikannya. “Kak, nanti kalau jarum jamnya di angka 10,
Kakak mandi ya. Sekarang terusin dulu mainnya!”
* Menerapkan aturan jam mandi. Jika waktu mandi
ditetapkan pada jam 4 sore, maka 15 menit sebelum jam mandi anak
sebaiknya sudah diingatkan. Dengan begitu, ia diberi waktu untuk
bersiap-siap menyelesaikan aktivitasnya saat itu.
* Berikan contoh yang baik atau teladan kepada anak.
Biasanya anak tak mau mandi kalau ayah/ibu juga belum mandi. Alasan apa
yang akan Anda kemukakan kalau anak balik mengingatkan, “Ibu juga, kan,
belum mandi?”
JANGAN DIDIAMKAN
Walau begitu, menurut Ery, anak yang suka membangkang
perlu ditangani. Bukan apa-apa, kalau dibiarkan mereka akan
mempertahankan sikap kerasnya dan terbiasa membangkang. Anak akan
menganggap memang begitulah caranya menyikapi hidup. Agar dampak negatif
seperti itu bisa dihindari, orang tua sebaiknya peka terhadap kebutuhan
anak.
Si kecil yang suka membangkang dapat ditangani dengan cara-cara berikut:
* Komunikasi aktif
Sikap membangkang anak bisa direndam dengan selalu
mengajaknya berkomunikasi aktif. Ajukan setiap peraturan dengan disertai
penjelasan. “Kakak perlu mandi karena badan Kakak kan kotor habis main
seharian.” Komunikasi semacam itu akan menyurutkan sikap membangkang
anak karena ia paham akan konsekuensi bila ia tak melakukan peraturan
itu. Misalnya, “Kalau aku enggak mandi nanti badanku kotor. Itu kan
berarti mengundang penyakit. Wah, bisa-bisa nanti aku sakit, terus
enggak bisa main dong!”
* Selalu diberi pilihan
Jangan sekali-kali mendikte anak. Berikan instruksi
dengan gaya mengajak. “Nak, Ini sudah jam berapa? Gimana kalau mandi
dulu? Nanti keburu sore, lo.” Intinya, ciptakan cara kreatif adalah
membujuk anak.
* Sikapi dengan lemah lembut
Hindari cara keras karena justru akan membuat anak
makin membangkang. Kalau seperti itu, jadi tak menyelesaikan masalah,
bukan? Lagi pula perilaku marah orang tua bisa ditiru dan dijadikan pola
bagi anak untuk menyelesaikan masalahnya. Cara bijaksana yang bisa
dilakukan adalah jangan mudah terpancing emosi oleh penolakan si kecil.
Berikan penjelasan dengan lemah lembut dan tidak mudah mengumbar marah.
Umpamanya, “Tolong bereskan paselnya dong sayang.”
“Enggak mau. Males”. “Wah, nanti kalau kepingan paselmu hilang satu,
Kakak enggak bisa main lagi lo.”
* Menghargai perilaku positif
Pujilah dan ucapkan betapa senang ayah dan ibu jika
ia melakukan perbuatan baik. Kalau memungkinkan, berikan hadiah atau
setidaknya elusan dan kecupan sayang sehingga dia merasa dihargai.
Misalnya, si prasekolah bersedia makan sesuai waktu yang sudah
ditentukan. Ucapkan, “Wah, Mama senang banget lo lihat Kakak mau makan
dengan lahap.”
* Konsisten terhadap aturan yang telah dibuat
Terapkan peraturan dengan jelas dan menetap, misalnya
kalau sudah ditentukan tidur jam 8 malam, patuhi jadwal tersebut dari
hari ke hari. Jelaskan apa dampak atau risikonya kalau tidur larut
malam. Menerapkan aturan yang konsisten juga melatih anak agar tahu
bahwa hidup tak bisa diatur semau-maunya sendiri. “Kakak harus tidur jam
8, karena kalau kemalaman, besok Kakak kesiangan ke sekolah. Kalau
kesiangan, Kakak enggak akan sempat main ayunan dulu karena harus
buru-buru masuk kelas.”
* Introspeksi
Kalau anak tidak mau menurut orang tua, maka ayah/ibu
harus introspeksi diri mengapa si kecil sering membantah. Jangan-jangan
karena kesalahan orang tua sendiri yang membuat anak tak mau menurut.
Misalnya, karena cara menyuruh atau memberi perintah seperti mendikte,
menghardik, atau membentak, jadinya si kecil malah memberontak.
* Konsultasi dengan psikolog
Jika sifat negativistik anak masih terus berlanjut
tak ada salahnya menemui psikolog. Kadang orang tua tak menyadari bahwa
anak suka membantah karena mungkin kesalahan pola asuh. Barangkali orang
tua juga perlu menjalani terapi atau konsultasi psikologi.
MENUNJUKKAN JATI DIRI
Semua saran tadi bisa jadi praktiknya tak semudah
teorinya. Namun menurut Ery, orang tua jangan sampai menyerah. Carilah
strategi atau taktik-taktik baru untuk mengatasinya. Lagi pula dilihat
dari sisi lain, membangkang justru pertanda baik. Kenapa? “Karena anak
sudah bisa menunjukkan jati dirinya bahwa dia merupakan individu yang
berbeda dari ayah dan ibunya. Dia punya selera yang berbeda dari orang
tua.”
Satu lagi yang mungkin dapat menghibur, yaitu
membantah, membangkang, dan tak mau menurut orang tua sebetulnya
merupakan bagian dari proses perkembangan anak. Selama orang tua
menanganinya secara benar, sikap seperti itu akan hilang.